Friday, November 20, 2009

Rek hiji atawa 700.000 nyawa ... sarua bae

Basa jumaahan tadi, tema khutbahna moal salah deui : soal Bush nganjang ka Indonesia. Ceuk khotib : ku pokalna Bush, rakyat Irak nu geus perlaya aya 700.000. Nu perlaya teh kabeh umat Islam (geus dipariksa meureun). Kukituna, Bush teh musuh umat Islam, cenah.

Balik jumaahan jadi mikir ... ngaranana oge kiayi, bisa jadi aya santrina anu boga pamadegan saucap kiayi kadua nyata. Kumaha lamun si santri teh kurang asak pikir. Tuluy ngagandong ransel eusina bom. Leuheung lamun inditna ka Istana Bogor. Nu teu puguh mah lamun inditna teh ka restoran AW, McDonald, pabrik Coca Cola. Nu maot ku bom pastina oge dulur-dulur urang keneh. Si kiayi pasti ngangles : kuring mah teu pisan-pisan mere parentah ka manehna, wawuh ge henteu.

Jelema gelo siga kitu sok aya bae di unggal jaman. Aya nu nembak John Lennon, nembak Reagan, nembak Paus, nembak Abraham Lincoln.

Aya usul : kumaha lamun nu kudu dimusuhan ku urang teh lain jelemana, tapi sifatna.

Jadi, saha bae nu boga sifat goreng ku urang kudu dimusuhan. Cenah Bush geus maehan 700.000 muslim, hayu urang musuhan. Tapi kapan di Indonesia oge sok aya nu hampang leungeun, cacabok, kakadek, tetembak kanu teu boga salah. Malah pang akhirna mah aya jelema nu diracun nepi ka maot dina kapal udara, ngaranna Munir (aringet keneh teu?). Tapi asana can kungsi kasus Munir jadi tema khutbah jumat. Pedah ngan hiji kitu? Tapi maehan mah rek hiji rek 700.000, tetep bae teu meunang.

(Diposting di milis Baraya Sunda, sababaraha taun nu kaliwat)

Sunday, June 14, 2009

Petisi Orang Tasik

Kami yang bertanda-tangan di bawah ini, setelah

Memperhatikan
Perkembangan akhir-akhir ini yang memperlihatkan bahwa Malaysia tidak memperlihatkan rasa persahabatan dan persaudaraan sebagaimana seharusnya orang serumpun dan bertetangga.

Mendengar
Lagu dari warga utama kota Tasik, yang bernama Rhoma Irama, yang syairnya mengatakan “Dua ratus dua puluh juta rahayat Indonesia … ada Sunda … ada Jawa … dan lain-lainnya … siap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia …” dan seterusnya.

Mempertimbangkan
Kemungkinan Malaysia akan memperluas klaimnya, tidak hanya P. Lipadan, P. Sigitan, dan P. Ambalat, tapi juga merembet ke daerah-daerah lain yang punya alasan walau sedikit untuk diklaim oleh Malaysia.

Memutuskan
Untuk meminta kepada Presiden Republik Indonesia cq Menteri Dalam Negeri untuk menggunakan segala wewenang yang dimilikinya, agar memenuhi tuntutan kami sebagai berikut.

1. Mengganti nama kota Tasikmalaya dengan Tasikindonesia, atau yang lain yang dipandang pantas, asal masih memakai nama Tasik, dan asal tidak menggunakan kata malaya atau malaysia

2. Segera mendaftarkan semua kerajinan dan kesenian khas Tasik secara internasional, sebelum diklaim oleh Malaysia .

3. Melakukan operasi intelijen, mencari fakta dan menyelidiki kemungkinan pencurian hak cipta orang Tasik dalam bidang kerajinan dan kesenian, oleh warga Malaysia .

Demikian petisi kami, mohon agar ditindak-lanjuti dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Tasik, tanggal lima bulan Juni tahun dua ribu sembilan.

Penanda tangan petisi :

1. Cecep Ahmad Nurzaman (Manonjaya)
2. Toha Suparman (Singaparna)
3. Entin Agustinah (Ciawi)
4. Memet Sulaeman (Jl. Rumah Sakit, Tasik)
5. Reno Syaurus (Jl. K.H. Zaenal Mustopa, Tasik)
6. Ayidid (Indihiang)
7. Ooy Husen (Terminal Gunung Pereng, Tasik)

(Dikirim ke milis IA-ITB, 6 Juni 2009)

Slogan JK vs Slogan SBY

Masih ingat slogan JK menjelang pileg yang lalu. Dia sudah mulai berpromosi untuk jadi capres. Dia bilang di salah satu iklan Golkar, sambil menggulung lengan bajunya : "Lebih cepat ... lebih baik."

Menjelang Pilpres, untuk jaga-jaga kalau JK berhasil maju jadi capres dengan slogan yang sama, kubu SBY melakukan antisipasi dengan menyiapkan iklan yang akan meng-counter slogan JK di atas

Dalam analisa mereka, Golkar kalah dalam pileg yang lalu karena pemilih dari kaum ibu-ibu tidak suka dengan slogan JK yang itu. Untuk itu, kubu SBY membuat slogan baru sebagai berikut, untuk menarik hati kaum ibu.

"Lebih lama ... lebih enak"

(dikirim ke milis ITB74, 1 Mei 2009)

Wednesday, April 08, 2009

Istilah Lama dengan Penafsiran Baru yang Relevan

JBD,
Kalau saya perhatikan, tidak ada pejabat, tokoh masyarakat, ilmuwan, selebritis ataupun penulis (sastrawan atau tidak) yang memperkaya bahasa kita, dengan penafsiran baru pada istilah lama, ataupun yang membuat istilah baru.
Jadi kita gali lagi saja istilah lama, dan mencari relevansinya dengan jurusan-jurusan yang ada di ITB.


Arsitektur
Besar pasak daripada tiang
Artinya : bangunannya jadi tidak arsitektonik, tidak proporsional.

Astronomi
Bagai pungguk merindukan bulan
Artinya : pungguk belum tahu lintasannya sendiri. Untuk catatan, pungguk adalah nama burung, bukan nama planet atau meteor ataupun komet.

Biologi
Bagai srigala berbulu domba
Artinya : rekayasa genetik sudah ada sejak dulu.

Farmasi
Bagai jamur di musim hujan
Artinya : musim hujan adalah waktu yang tepat untuk memasarkan obat anti jamur (misalnya Canesten)

Geofisika Meteorologi
Kering oleh kemarau setahun menjadi hilang oleh hujan sehari
Artinya : Terjadi irregularity cuaca. Dalam ramalan seharusnya musim kemarau, tetapi turun hujan lebat juga.

Geologi
Bagai kerapu di atas batu, hidup tak hendak, mati tak mau.
Pokoknya ada kata "batu", jadi mesti geologi.

Informatika
Bad news travel fast
Artinya : Sistim Informasi Manajemen bisa membuat perlakuan diskriminatif pada informasi yang lewat di dalamnya.

Kimia
Bagai minyak dengan air.
Artinya : tidak bisa bercampur, tidak bisa jadi koloid.

Mesin (jurusan logam)
Arang habis besi binasa.
Artinya : pura-pura membakar besi, padahal cuma membakar arang, sedangkan besinya ditilep.

Planologi
Kalau tidak ada berada, masakan tempua bersarang rendah
Artinya : semua lahan sudah ada peruntukannya, ada untuk industri, ada untuk niaga, ada untuk pertanian, ada untuk rumah dan ada juga untuk sarang tempua. Jangan sampai salah. BTW, tempua itu apaan sih ?
Kalau takut dilebur pasang, jangan berumah di tepi pantai
Artinya : masing-masing lokasi dengan resikonya sendiri. Biarpun sudah mendapat IMB, bukan berarti tidak akan kena gusur atau kena banjir yang keluar dari bendungan yang jebol.

Seni Rupa
Buruk rupa cermin dibelah
Ini adalah cara pelukis aliran kubisme mencari inspirasi. Sebuah cermin dipecahkan, lalu gadis modelnya dilihat melalui cermin yang sudah pecah tersebut.

Tambang
Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri ...
Artinya : kalau ada penemuan bahan tambang A atau bahan galian B di suatu tempat, maka dapat dipastikan tidak ada potensi bahan tambang C di tempat tersebut. Jadi kalau kita temukan batu, tidak mungkin disitu ada emas.

Teknik Fisika
Bagai kucing dibawakan lidi
Lidi itu kalau digerakkan akan mengeluarkan gelombang ultrasonik yang dapat ditangkap oleh telinga kucing dan membuatnya kurang nyaman sehingga dia akan menghindar. Berdasarkan penemuan ini maka dikembangkan pula alat listrik yang dapat mengusir nyamuk, kecoa dan tikus dari rumah kita. Juga dapat dipakai untuk menginterogasi penjahat yang tidak mau mengaku.

Teknik Sipil (basah)
Bagai air di daun keladi
Artinya : supaya air di saluran irigasi, drainage, sewerage mengalir dengan lancar, maka dasarnya harus dilapisi oleh daun keladi.

Teknik Sipil (struktur)
Bagai bumi dengan langit
Suatu keadaan ideal dimana kita bisa membuat rumah tanpa tiang untuk penyangga atap.

Untuk jurusan yang belum, silahkan cari sendiri. He 19x.

BSet
(Dikirim ke milis ITB74, 18 Juni 2003)dengan modifikasi

Terbelahnya opini anda dan kamu

BW,
Jangan terlalu jauh dong menafsirkannya. Anggap saja semua interchangeable.
Kalau lagi bikin email untuk temen-temen yang boss (apalagi kalau terbayang muka BW) ... tidak terasa sungkan datang ... apa masih dianggap sopan kalau panggil mereka dengan "kamu".
Dulu saya pernah berpendapat "engkau" itu kasar. Kira-kira sepuluh tahun yang lalu saya dengar teman yang Batak bilang sama ibunya "Engkau tinggallah satu dua hari lagi di Jakarta ... nanti pasti kuantar engkau ke Pulo Gadung."
E-ladalah tak lama setelah itu saya temukan lagi... ternyata dalam doa-doa juga kita panggil Tuhan dengan engkau. "Tuhan hanya kepada Engkaulah kami ...."
Jadi engkau itu tidak kasar (masa sih kasar sama Tuhan)... mungkin bikin akrab. Begitu juga mungkin dengan kamu.

BSet
(Dikirim ke milis ITB74, 28 Oktober 2002)

Monday, February 09, 2009

Tambal - tampal - tempel

Kalau ban mobil anda bocor di Jakarta, maka yang akan anda lakukan adalah mecari tukang "tambal ban".

Kalau bocor ban ini terjadinya di Medan, maka yang harus anda cari adalah tukang "tempel ban". Masuk akal ... karena untuk maksud menanggulangi kebocoran itu ... orang akan "menempelkan" sesuatu pada yang bocor itu.

Lain lagi di Palembang yang secara geografis berada di ANTARA Medan dan Jakarta. Kalau ban mobil anda bocor di Palembang ... anda harus mencari tukang "tampal ban".

Perhatikan bahwa bunyi "tampal" berada di ANTARA bunyi "tambal" dan "tempel". Pekerjaannya begitu-begitu juga.

BSet
(Dikirim ke milis ITB74, 29 Mei 2002)

Bulan bahasa : influx bhs Indonesia dalam bhs Inggeris

Saya pernah baca dalam suatu tulisan berbahasa Inggeris, suatu frase seperti berikut : "little by little". Penulisnya bukan orang Indonesia. Terbersit kecurigaan bahwa ini adalah terjemahan dari "sedikit demi sedikit." Group musik Oasis sekarang punya lagu baru berjudul Little by Little.

Lalu dalam suatu surat dari perusahaan asing di Indonesia, ada frase sebagai berikut : "Thank you in anticipation to your good cooperation" atau "Thank you in advance." Mungkinkah ini terjemahan dari "Sebelumnya kami ucapkan terima kasih" atau "Terima kasih sebelumnya."

Dalam suatu iklan dari Amerika ada :"No pain no gain." Mungkinkah ini terjemahan dari "Jer basuki mawa bea."

Pidato orang Afrika akan dimulai dengan "Brothers and sisters ..." Mungkinkah ini pengaruh dari pidato Bung Karno yang sejak dulu yang selalu dimulai dengan "Saudara-saudara ..." Malahan sekarang orang Afro-Amerika selalu memanggil satu sama lain dengan
brother atau sister. Jadi mirip orang Ambon yang saling panggil broer atau zus dengan sesamanya.

Ini suatu ide saja. Bagaimana kalau dalam berhubungan dengan orang luar kita selipkan peribahasa Indonesia yang sudah diterjemahkan. Lihat contoh di bawah. Kalau anda ketawa karena konyolnya ide ini, paling tidak saya sudah menghibur anda.

>> Little by little finaly become a hill
>>>> Sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit
(kesamaan bunyi di akhir harus diperhatikan)

>> On a stone the water fall, at the end it has a dimple
>>>> Cikaracak ninggang batu, lila-lila jadi legok

>> United we are strong, breaking up we are down
>>>> Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh

>> One tree fall, a thousand sprout come out
>>>> Mati satu tumbuh seribu

Ada yang mau menambahkan ?

Saya pernah baca di satu posting milis ini, katanya ada yang punya terjemahan tepat untuk Tut Wuri Handayani.

BSet

(Dikirim ke milis ITB74, 8 Oktober 2002)

Bulan bahasa : influx kata bhs Indonesia dalam bhs asing

>> Amok
Berarti ada orang yang mengamuk di tempat ramai (pasar misalnya) tanpa alasan yang jelas.

>> Orang utan
Sejenis primata khas Kalimantan Indonesia


Dalam bahasa Belanda :

>> toko
"Het is jouw toko" artinya "That is your business. Itu urusanmu."

>> binatang
Berkelakuan kejam. "Hij is binatang."

Ada yang bisa menambahkan ?

BSet
(Dikirim ke milis ITB74, 23 Oktober 2002)

Kata ganti orang

Seperti yang kita pernah pelajari, kata ganti orang pertama tunggal adalah saya, aku, beta, gua, atau ane. Sedangkan kata ganti orang kedua tungal adalah anda, kamu, engkau, elu atau ente.
Pada waktu kita kecil, kita mungkin memakai nama sendiri untuk kata ganti orang pertama tunggal. Misalnya Wawan berkata : "Mamah, Wawan mau makan." (Kesamaan nama dengan pembaca adalah kebetulan, bukan disengaja).
Tapi orang dewasa ternyata ada juga yang melakukan hal yang sama. Misalnya seseorang bernama Ahmad berkata seperti berikut di tv : "Sebelum longsor terjadi, Pak Ahmad mendengar suara gemuruh datang dari atas sana." Biasanya kasus seperti ini terjadi di Jawa Barat.
Secara umum, lintas daerah, saya perhatikan hal ini banyak terjadi pada wanita. "Sinta sekarang belum ada waktu, tapi nanti malam Sinta bikin laporannya deh Pak. Mohon sabar ya pak."
Untuk kata ganti orang kedua tunggal, di antara kita ada juga yang memakai pola yang sama. Alih-alih memakai kata "anda", seorang office boy berkata : "Pak Bambang ... Pak Bambang mau minum kopi atau teh ?"
Tadinya saya pikir hal ini akan menyulitkan orang asing yang belajar bahasa Indonesia. Ternyata tidak. Ada orang Belanda (yang bakat bahasanya kuat), bicara langsung dengan Pk Gunawan seperti berikut :"Saya mengharapkan sekali Pk Gunawan dapat hadir dalam pesta kami besok." Sambil menunjuk dengan jempol.
Orang Amerika juga mestinya gampang membiasakan diri, karena kebiasan ini mirip dengan native American, orang Indian. Misalnya, Sitting Horse berkata : "Sitting Horse tidak mau lagi berunding dengan kulit putih. Kulit Putih suka berbohong."

BSet
(Dikirim ke milis ITB74, 7 Januari 2004)

Bahasa Empat Negara

Sekitar 20 tahun yang lalu, ada sebuah pertemuan nasional yang membahas Bahasa Indonesia. Pertemuan tesebut dihadiri juga oleh utusan dari negara tetangga, yaitu Singapur, Malaysia dan Brunei. Dalam pertemuan tersebut oleh peserta dari luar Indonesia, dikemukakan gagasan untuk membangun satu bahasa yang merupakan gabungan dari Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (yang penuturnya ada di tiga negara tersebut di atas). Bahasa baru tersebut diusulkan untuk diberi nama Bahasa Nusantara. Gagasan tersebut ditolak oleh Pak Harto. Mungkin argumen beliau : kalau mau gabung silahkan saja, tapi nama Bahasa Indonesia jangan hilang.
Saya berandai-andai, kalau saja waktu itu gagasan Bahasa Nusantara disetujui dan difasilitasi, maka sekarang penerbitan buku di Indonesia akan lebih marak karena buku kita bisa dijual di negara tetangga yang nota bene pendapatannya jauh lebih tinggi dari Indonesia. Penulis novel seperti Kang Jamal temen kita, akan menerima lebih banyak royalti. Dosen-dosen kita pun akan rajin menulis buku karena bisa dijual di luar negeri dengan harga lebih tinggi. Saya cukup yakin, dengan potensi penulis Indonesia (sastra, teknik, agama, filsafat), kita dapat memperoleh manfaat ekonomi dari mengekspor buku ke Malaysia, Singapur atau Brunei.
Menurut saya, "penggabungan" bahasa ini tidak usah melalui jalur formal. Dengan "pergaulan" yang lebih intim kita bisa membinanya. Tapi faktanya sekarang orang Indonesia cenderung untuk menertawakan orang Malaysia yang berusaha bicara Bahasa Melayu dengan kita, sehingga mereka cenderung memakai bahasa Inggeris. Jadi kita harus mengikis kebiasaan menertawakan ini. Saya pernah mendengar teman tertawa ketika seorang Malaysia mengucapkan yang berikut : Datanglah ke bilikku. / Minta teh limau. / Apa lucunya?
Kita punya segudang istilah-istilah bikinan kita sendiri dan menyebutkannya seakan-akan itu diucapkan oleh orang Malaysia : rumah sakit korban laki-laki (rumah sakit bersalin), askar tak berguna (veteran), pasukan bergayut (pasukan payung), setubuh bumi (tiarap). Saya cukup yakin kata-kata itu peninggalan dari jaman Dwikora. Seorang Malaysia yang cukup berumur menegaskan bahwa tidak ada kata-kata itu. Sebaiknya kata-kata itu kita kubur dalam-dalam saja.
Yang bisa saya bayangkan, penggabungan bahasa di empat negara ini dapat terjadi dengan cara (1) menyamakan pola pembentukan istilah, (2) saling pinjam istilah, sehingga padanan kata-kata (sinonim) akan makin banyak, (3) produk media masa (elektronik dan cetak) diedarkan lintas batas negara, (4) bahan bacaan (berbagai jenis) diedarkan juga lintas batas negara. Dengan demikian masyarakat akan makin terbiasa dengan pemakaian kata-kata di tiga negara lain.
Yang saya ketahui lewat pengamatan sendiri, film Indonesia dijajakan oleh Turino Junaedi (produser dan sutradara) di Malaysia. Ada beberapa film hasil kerjasama Iantara Malaysia dan Indonesia. Ada beberapa lagu Indonesia yang populer di Malaysia, atau sebaliknya. Atau, ada musisi Indonesia yang populer disana (Sheila on 7) atau penyanyi Malaysia yang populer di sini (Sheila Madjid dan Siti Nurhalizah). Ada film seri bikinan Singapur yang diputar disini (tapi memakai Bahasa Inggeris). Koran dan majalah belum pernah kelihatan. Buku baru buku komik seri Lat, yang banyak dibicarakan disini. Public speaker dari Malaysia kadang-kadang manggung di Jakarta (termasuk mantan PM Mahathir Muhammad).
Ada satu judul lagu Sheila on 7 yang ditolak Malaysia "Pejantan Tangguh". Menurut saya itu masuk akal. Dalam Bahasa Indonesia pun kata "pejantan" dipakai untuk sapi, kuda atau anjing yang tugasnya menghamili betina. Jadi, kayaknya lebih relevan kalau istilah ini dipakai dalam buku mengenai peternakan, bukan unuk judul lagu.
Kita, orang teknik, berpotensi untuk memberi kontribusi pada "penggabungan" ini, asalkan kita konsisten dalam pembentukan istilah teknik. Kalau diperlukan istilah baru, Malaysia cenderung untuk mengambil kata dari Bahasa Inggeris, lalu diganti ejaannya (spelling) sehingga lebih mirip dengan lapalnya (pronounciation). Misalnya "agent" menjadi "ejen" (kalau tidak salah ingat). Bisa dicontoh pola Dr Tata Surdia yang saya baca dalam buku tulisannya : Ilmu Logam. Suffix "-ability", beliau terjemahkan menjadi "keter-". Jadi, "weldabilty" beliau terjemahkan menjadi "keter-las-an", karena "weld" sudah ada terjemahannya yaitu "las". Kalau kita konsisten dengan pola seperti ini, maka orang luar akan suka mempelajari dan berbicara dalam Bahasa Indonesia.
Anda yang sering keluar masuk Malaysia dapat memberi buah-tangan berupa buku atau majalah pada rekan bisnis Malaysianya. Pulang dari Malaysia, anda dapat membawa oleh-oleh berupa komik Lat. Dengan demikian, kita akan membuat kontribusi untuk membangun saling pengertian dalam bidang bahasa. Kalau Eropa bisa punya satu mata uang, mengapa empat negara ini tidak bisa mempunyai satu bahasa suatu hari nanti.
(Dikirim ke milis IA-ITB, 17 Juli 2006)

Saturday, January 24, 2009

Kumaha garing ?

Aya babaturan anu ngadongeng sajarahna urang Sunda sok nanya "Kumaha damang?" lamun papanggih jeung baraya atawa bataturan anu geus lila teu tepung. Cenah baheula, jaman Walanda, kungsi di tatar Pasundan aya pagebug. Teuing sampar (sazaman jeung Camus meureun), teuing kolera. Loba nu maot, tapi aya oge anu salamet. Ti semet eta, lamun papanggih jeung nu wawuh urang Sunda sok silih tanya "Kumaha damang?".

Asana dongeng ieu teh kungsi ditulis oge ku Haryoto Kunto.

<>

Aya babaturan, urang Amerika nu geus lila lar sup ka Indonesia. Geus loba kanyahona ngeunaan kabiasaan dina bahasa Indonesia. Hiji waktu manehna datang ka kantor kuring di Jakarta. Basa manehna keur nguriling sasalaman ka staf anu aya d kantor, kadenge manehna ngomong kieu :

"Yati apa kabar? Kelihatannya kamu sangat alhamdulillah ..."

Meureun maksudna mah : "Yati kamu kelihatannya baik-baik saja." Sigana si Amerika teh mindeng ngadenge urang Indonesia lamun ditanya "Apa kabar?", jawabna "Alhamdulillah. " Disangkana "alhamdulillah" teh hartina "baik-baik saja".

<>

Dina puncakna poe-poe banjir di Jakarta, ceuk koran 70% daratan Jakarta kakeueum banjir. Sanggeus banjir rada root, karek warga bisa beberesih imah. Moe baju, kasur-bantal, korsi jok jrrd.

Jadi ... lamun urang Sunda di Jakarta ayeuna papanggih jeung dulur atawa baturna ... pantesna nanyana teh : "Kumaha garing?"

Cag (Feb 2007)

(Gambar dari Kompas)