Dalam dua bulan terakhir saya beberapa kali lewat di jalan raya lama
Yang membuat saya tertarik adalah kondisi orang tersebut yang cacat. Kaki dari lutut ke bawah, tidak tumbuh secara sempurna. Di ujung kakinya masih terlihat beberapa jarinya menyembul. Mungkin dia korban thaledomit, folio atau yang lain. Sebetulnya dengan tinggi badan dia yang sama dengan anak-anak berumur 10 tahun, orang itu sulit terlihat oleh pengendara mobil karena penglihatan pengendara mobil terhalang dashboard atau kap mesin (kalau mobilnya sedan). Dengan demikian, mat cepek ini mempunyai potensi lebih tinggi untuk tertabrak.
Saya beberapa kali melihat mobil berhenti lalu ada orang turun memberi laki-laki itu sejumlah uang, walaupun mobil itu sebenarnya tidak terlalu dibantu olehnya.
Penemuan ini menambah penemuan-penemuan saya sebelumnya, berkenaan dengan kasus sejenis. Di Jl. Tendean,
Di satu vetshop sekitar McDonald Kemang, juga ada tukang parkir bertangan satu. Lahan parkir disini memang sempit. Mungkin hanya cukup untuk tiga atau empat mobil. Peranan tukang parkir disini antara lain adalah untuk pasang badan agar arus mobil dari arah McDonald bisa ditahan, sedemikian sehingga mobil yang mau belanja di vetshop dapat masuk dan keluar dari lahan parkir dengan mudah.
Saya jadi mempunyai kesimpulan awal bahwa masyarakat kita sebenarnya cukup bersahabat terhadap orang cacat. Terbukti beberapa orang cacat bisa mencari nafkah di jalanan. Dalam masyarakat yang tidak bersahabat, saya bayangkan kedudukan tiga orang cacat yang saya sebutkan tadi sudah direbut oleh orang beranggota badan lengkap. Masih banyak di negara kita orang yang beranggota badan lengkap, yang tidak mempunyai pekerjaan. Mereka bisa saja mengusir orang cacat itu dan lalu merebut pekerjaannya. Tapi ternyata tidak begitu.
Di satu bagian di Jakarta mungkin berlaku ”survival of the physical fittest”. Di bagian lain orang cacat bisa survive dengan caranya sendiri.
Saya pernah melihat pegawai Kentucky Fried Chicken yang pincang kakinya. Dia tidak melayani pembeli memang. Mungkin dia bekerja di dapur. Saya cuma melihatnya berjalan di antara meja-meja tempat pembeli sedang makan.
Mungkin juga ada perusahaan lain yang punya kebijakan untuk menerima orang cacat dalam satu kuota tertentu. Mungkin cuma saya saja yang belum melihatnya. Di Dunkin Donut misalnya, yang saya lihat hanya pelayan wanita dengan postur tubuh sempurna seperti pramugari. Di belakang rak-rak berisi donat mungkin ada orang cacat sedang bekerja.
<>
Saat ini perusahaan-perusahaan yang sudah maju, sudah biasa mendeskripsikan kebutuhan kompetensi jabatan. Berdasarkan kebutuhan kompetensi jabatan ini, lalu direkrut calon pegawai. Kalau kondisi fisik tidak menghalangi kompetensi yang diperlukan, kenapa harus menolak orang cacat?
Atau bisa juga dirancang beberapa jabatan yang tidak memerlukan kondisi fisik sempurna, demi untuk memberi kuota pada saudara-saudara kita yang cacat fisik.
<>
Seorang profesor ahli agribisnis yang tinggal di
Masih di Bogor, saya pernah melihat ketika lalu lintas sedang macet di sekitar Gunung Mas, ada orang cacat pada keempat anggota badannya sedang meminta-minta. Kalu dia bergerak, sekilas terlihat seperti laba-laba raksasa sedang berjalan dari mobil ke mobil. Surprisenya, di hari yang lain sekitar
No comments:
Post a Comment
Jangan beriklan di sini!